Kamis, 15 November 2012

Akhlak Tasawuf

 
Nama    :   Shifa Maharani
Kelas   :   KPI 1 C
NIM     :   1112051000082



Kata Pengantar


Assalamu ’alaikum wr . wb .
           
Puji dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat nikmat dan hidayah-Nya resume buku ini dapat hadir kehadapan pembaca yang budiman. Shalawat dan salam dihaturkan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi’ar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Disadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dari segi isinya, bahasa, analisis dan  lain sebagainya. Untuk ini saran, kritik dan perbaikan dari pembaca dengan senang hati akan penulis terima, diiringi ucapan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr . wb .

   Jakarta, 13 Oktober 2012


    Penulis
                                                                                                                                                                            


               
 

A.    Latar Belakang
Akhlak  Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat  dunia dan akhirat. Khasanah pemikiran dan pandangan dibidang Akhlak dan Tasawuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan-Nya dalam sejarah, yang antara lain ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawuf dan ulama dibidang akhlak.


B.    Tujuan
Mengintegrasikan para manusia yang mempunyai sifat materialistis dan hedonisme agar kembali ke penjabaran yang benar dalam Akhlak Tasawuf.


C.     Manfaat
Agar dapat mengawal dan memandu perjalanan hidup seluruh umat manusia supaya selamat  dunia dan akhirat.


D.    Pentingnya dan Kelebihan
Didalam resume buku Akhlak Tasawuf ini terdapat banyak sekali tentang pentingnya dan kelebihan dalam Bertasawuf didunia ini. Salah satunya adalah mengayomi seluruh umat manusia agar selamat dunia dan akhirat agar tidak terjerumus ke perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.






Pendahuluan


Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khasanah intelektual Muslim yang kehadirannya hingga saat ini  semakin dirasakan. Secara historis dan teologis Akhlak  Tasawuf tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup umat agar selamat  dunia dan akhirat. Khasanah pemikiran dan pandangan dibidang Akhlak dan Tasawuf itu kemudian menemukan momentum pengembangan-Nya dalam sejarah, yang antara lain ditandai oleh munculnyabsejumlah besar ulama tasawuf dan ulama dibidang akhlak. Mereka  tampil mulanya untuk memberi koreksi pada perjalanan umat saat itu yang sudah mulai miring ke arah yang salah.
Persaingan hidup yang sangat kompetitif dapat memebawa manusia mudah stres dan frustasi, akibatnya menambah jumlah orang yang sakit jiwa. Pola hidup yang materialisme dan hedonisme kini kian digemari, dan pada saat mereka tidak lagi mampu menghadapi persoalan hidupnya, mereka cenderung mengambil jalan pintas seperti bunuh diri. Semua masalah ini akarnya adalah karena jiwa manusia telah terpecah belah ( split personality ). Mereka perlu diintegrasikan kembali melalui ajaran dari Yang Maha Kuasa yang penjabarannya dalam Akhlak Tasawuf ini.
Disadari bahwa masih banyak bidang Akhlak Tasawuf yang dapat dikemukakan, namun keterbatasan yang ada menyebabkan kajian ini belum mencakup seluruhnya. Insya Allah pada lain kali, kita dapat mencoba menjamah aspek Akhlak Tasawuf yang lebih dalam lagi. Semoga Allah SWT memberikan taufik  dan hidayah-Nya kepada kita. Amin.





Pengertian, Ruang Lingkup dan
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak


A.     Pengertian Ilmu Akhlak
Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik ( kebahasaan ) dan pendekatan terminologik ( peristilahan ). Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan ( wazan ) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti al-sajiyah ( perangai ), ath-thabi’ah ( kelakuan, tabi’at, watak dasar ), al-‘adat ( kebiasaan, kelaziman ), al-maru’ah ( peradaban yang baik  ) dan al-din ( agama ).
Definisi-definisi akhlak secara substansial tampak saling melengkapi dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
*      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
*      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
*      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
*      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara.
*      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah.

B.      Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Ruang lingkup pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia , kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik maupun perbuatan yang buruk.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Dengan demikian, perbuatan yang bersifat alami dan perbuatan yang dilakukan tidak karena sengajaatau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki karena dilakukan tidak atas dasar pilihan.

C.      Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Tujuan memeplajari Ilmu Akhlak dan permasalahan-Nya menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sabagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk.
Dengan demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk memeberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik ia berusaha melakukannya dan terhadap perbuatan yang buruk  ia berusaha untuk menghindarinya.


Hubungan Ilmu Akhlak
dengan Ilmu Lainnya


A.     Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Ketika memepelajari tasawuf ternyata bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadist emementingkan akhlak. Al-Qur’an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran, kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-menolong dan segala akhlak terpuji lainnya. Nilai-nilai serupa ini yang haus dimiliki oleh seorang muslim dan dimasukan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.
B.      Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid
Ilmu Tauhid sebagaimana dikemukakan Harun Nasution mengandung arti sebagai ilmu yang memebahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu sifat yang terpenting di antara sifat-sifat Tuhan lainnya.
            Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid  ini sekurang-kurangnya dapat dilihat melalui dua analisis berikut :
*      Pertama, dilihat dari segi obyek pembahasannya Ilmu Tauhid memebahas masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatan-Nya.
*      Kedua, dilihat dari segi fungsinya orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman.
Hubungan Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid juga dapat dilihat dari erat kaitan antara iman dan amal shaleh.
C.      Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Melalui Ilmu Jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, Ilmu Jiwa juga dapat memberikan masukan dalam langkah merumuskan tentang metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak.
D.     Hubungan Ilmu Jiwa dengan Ilmu Pendidikan
Pendidikan merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang berakhlak. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan orang tua dirumah, guru disekolah dan pimpinan serta tokoh masyarakat dilingkungan. Ke semua lingkungan ini merupakan bagian intekral dari pelaksanaan pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak.
E.      Hubungan Ilmu Akhlak dengan Filsafat
Filsafat sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai ke akar-akarnya, universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat mengenai segala sesuatu. Ilmu Akhlak adalah ilmu yang sangat akrab atau berdekatan dengan berbagai permasalahan lainnya yang ada disekitar kehidupan manusia.


Induk Akhlak Islami


Secara teoritis, macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan yang utama, yaitu hikmah ( bijaksana ), syaja’ah ( perwira atau kesatria ), dan iffah ( menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat ). Ketiga macam induk akhlak ini muncul dari sikap adil. Dalam menggambarkan keadaan yang adil atau pertengahan Al-Qur’an jauh lebih lengkap, mendetail, dan komperensif dibandingkan yang diberikan para filosof lainnya.




Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Ilmu Akhlak


A.     Ilmu Akhlak diluar Agama Islam

1.      Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan Ilmu Akhlak pada Bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500 – 450 SM). Sedangkan sebelum itu dikalangan Bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karen apada masa itu perhatian mereka tercurah pada pendidikannya mengenai alam. Keseluruhan ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir yunani tersebut tampak bersifat rasionalistik. Penentuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat akal pikiran yang sehat dari manusia.
2.      Akhlak pada Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga masehi tersiarlah Agama Nasrani di Eropa. Agama Nasrani menghendaki agar manusia berusaha sungguh-sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Dengan demikian, agama ini menjadikan roh sebagai kekuasaan yang dominan terhadap diri manusia, yaitu suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan hawa nafsu syahwat. Akibat dari paham akhlak yang demikian itu kebanyakan para pengikut pertama dari agama ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah, zuhud dan hiddup menyendiri.
3.      Akhlak pada Bangsa Romawi ( Abad Pertengahan )
Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu, gereja berusaha memerangi filsafat yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Dengan demikian, ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
4.      Akhlak pada Bangsa Arab
Pada masa itu, Bangsa Arab hanya memepunyai ahli-ahli hikmah dan ahli syair. Didalam kata-kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yang memeritahkan agar berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong pada perbuatan yang utama dan menjauhi dari perbuatan yang tercela atau hina.
B.      Akhlak pada Agama Islam

Ajaran Akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada Agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Al-Qur’an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan Agama Islam. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah,pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya didalam Al-Qur’an.

C.      Akhlak pada Zaman Baru

Pada akhir abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Para ahli Bangsa Eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam bidan filsafat Yunani, ilmu pengetahuan dan tekhnologi tersebut. Pandangan akhlak yang terdapat dalam pemikiran barat tersebut tampak memerlihatkan coraknya yang amat sekuler, yakni memisahkan pandangan akhlak tersebut dari Agama atau dari Tuhan. Pandangan akhlak yang dikemukakan para sarjana barat itu sepenuhnya didasarkan pada pemikiran manusia semata-mata.


Etika, Moral dan Susila


A.     Etika
Dari segi etimologi, etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat dalam kamus umum Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak ( moral ). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
B.      Moral
Moral dari segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Kamus umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Moral dalamarti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, ssalah, baik atau buruk.
C.      Susila
Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
D.     Hubungan Etika, Moral dan Susila dengan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan aklak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah-Nya.


Baik dan Buruk


Baik dan Buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan seseorang.
A.     Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata Khair dalam bahasa arab, atau Good dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah suatu yang telah menyampai kesempurnaan. Dalam bahasa arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah Syarr, dan diartikan sebagai suatu yang tidak baik. Dengan demikian, yang dikatakan buruk itu adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Berbagai macam Baik dan Buruk :
*   Baik dan Buruk menurut Aliran adat-istiadat ( Sosialisme )
*   Baik dan Buruk menurut Aliran Hedonisme
*   Baik dan Buruk menurut Paham Intuisisme ( Humanisme )
*   Baik dan Buruk menurut Paham Utilitarianisme
*   Baik dan Buruk menurut Paham Vitalisme
*   Baik dan Buruk menurut Paham Religiosisme dan Evolusi
B.      Sifat dari Baik dan Buruk
Sifat Baik atau Buruk yang dihasilkan berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi relatif dan nisbi pula, yakni Baik dan Buruk yang dapat terus berubah. Sifat Baik dan Buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, lokal dan tempera. Dan oleh karena-Nya nilai Baik dan Buruk itu sifatnya relatif.
C.      Baik dan Buruk menurut Ajaran Islam
Menurut Ajaran Islam penentuan Baik dan Buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadist. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun Hadist dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada Baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang Buruk.


Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani


A.     Pengertian Kebebasan
Kebebasan itu meliputi segala macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disadari sengaja dan dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut tindakan. Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu dapat dibagi menjadi tiga :
*      Kebebasan Jamaniah
*      Kebebasan Kehendak ( Rohaniah )
*      Kebebasan Moral
Kebebasan pada tahap selanjutnya mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak.
B.      Tanggung Jawab
Dalam kerangka Tanggung Jawab ini, kebebsan mengandung arti :
*      Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri
*      Kemampuan untuk bertanggung jawab
*      Kedewasaan manusia
*      Keseluruhan kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya


C.      Hati Nurani
Hati Nurani atau Intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham dari Tuhan. Hati Nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan.
D.     Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab dan Hati Nurani dengan Akhlak
Perbuatan yang berakhlak itu adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara bebas. Disinilah letak hubungan antara Kebebasan dan Perbuatan Akhlak. Perbuatan Akhlak juga harus dilakukan atas kemauan sendiri dan bukan paksaan. Perbuatan yang seperti inilah yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya dari orang yang melakukannya disinilah letak hubungan antara Tanggung Jawab dengan Akhlak. Perbuatan Akhlak juga harus muncul dari keikhlasan hati yang melakukannya, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada hati sanubari, maka hubungan akhlak dengan kata hati menjadi demikian penting.


Hak, Kewajiban dan Keadilan


A.     Hak

1.      Pengertian Hak
Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat mengerjakan, memiliki, meninggalakan, memepergunakan atau menuntut sesuatu.
2.      Macam-macam dan Sumber Hak

Dilihat dari segi obyek dan hubungannya dengan akhlak, hak itu secara garis besar dapat dibagi menjadi tujuh bagian :
*      Hak hidup
*      Hak mendapatkan perlakuan hukum
*      Hak mengembangkan keturunan
*      Hak milik
*      Hak mendapatkan nama baik
*      Hak kebebasan berpikir
*      Hak mendapatkan kebenaran
B.      Kewajiban
Kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum sya’ra, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa. Dengan kata lain bahwa kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah SWT.
C.      Keadilan
Keadilan sejajar dengan berbuat kebajikan, memeberi makan kepada kaum kerabat, melarang dari perbuatan yang keji dan munkar serta menjauhi permusuhan. Ini menunjukan bahwa masalah keadilan termasuk masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak sebagai suatu kewajiban moral.
D.     Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan dengan Akhlak
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk melaksanakannya tanpa merasa berat. Sedangkan keadilan sebagaimana telah diuraikan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk akhlak. Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan maka dengan sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaki. Di sinilah letak hubungan fungsional antara hak, kewajiban dan keadilan dengan akhlak.


Akhlak Islami


A.     Pengertian Akhlak Islami
Akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak Islam yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
B.      Ruang Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup Akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri. Berbagai bentuk dan ruang lingkup Akhlak Islami sebagai berikut:

*      Akhlak terhadap Allah SWT
*      Akhlak terhadap Sesama Manusia
*      Akhlak terhadap Lingkungan


Pembentukan Akhlak


A.     Arti Pembentukan Akhlak
Pembentukan Akhlak dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembicaraan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.
B.      Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan Akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Pembinaan akhlak secara efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain.
C.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu potensi fisik, intelektual dan hati ( rohaniah ) yang dibawa si anak dari sejak lahir dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah.
D.     Manfaat Akhlak yang Mulia
Berikut adalah berbagai manfaat dari Akhlak yang Mulia :
*      Memperkuat dan Menyempurnakan Agama
*      Memperrmudah Perhitungan Amal di Akhirat
*      Menghilangkan Kesulitan
*      Selamat Hidup di Dunia dan Akhirat


Arti, Asal-Usul dan
Manfaat Tasawuf dalam Islam


A.     Pengertian Tasawuf
Tasawuf adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT.
B.      Sumber Tasawuf
1.      Unsur Islam
2.      Unsur Luar Islam :
*      Unsur Masehi
*      Unsur Yunani
*      Unsur Hindu / Budha
*      Unsur Persia



Maqamat dan Hal


A.     Maqamat
Maqamat berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia. Berikut ini adalah Maqamat yang telah disepakati :
*      Al-Taubah
*      Al-Zuhud
*      Al-Wara
*      Al-Faqr
*      Al-Shabr
*      Al-Tawakal
*      Al-Ridla


B.      Hal
Menurut Harun Nasution, Hal merupakan keadaan mental seperti perasaan senang, sedih, takut dan sebagainya. Hal yang biasa disebut sebagai Hal adalah takut ( Al-Khauf ), rendah hati ( Al-Tawadlu ), patuh ( Al-Taqwa ), ikhlas ( Al-Ikhlas ), rasa berteman ( Al-Uns ), gembira hati ( Al-Wajd ), berterima kasih ( Al-Syukr ).


Mahabbah


A.     Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Mahabbah
Kata Mahabbah berasal dari kata ahabba, yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Dari segi Tasawuf Mahabbah berarti hal ( keadaan ) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya ( kemutlakan ) Allah SWT oleh hamba selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.
B.      Alat untuk Mencapai Mahabbah
Alat untuk mencintai Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan maksiat serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu melainkan hanya di isi oleh cinta kepada Tuhan.
C.      Tokoh yang Mengembangkan Mahabbah
Hampir seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang memperkenalkan ajaran Mahabbah ini adalah Rabi’ah Al-Adawiyah. Rabi’ah Al-Adawiyah adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari Bashrah, di irak. Menurut riwayatnya, ia adalah seorang hamba yang kemudian dibebaskan.
D.     Mahabbah dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist
Dalam Al-Qur’an Al-Hadist menjelaskan bahwa antara manusia dan Tuhan dapat saling mencintai dengan perantara roh. Roh Tuhan dan roh yang ada pada manusia sebagai anugerah Tuhan bersatu dan terjadilah Mahabbah.


Ma’rifah


A.     Pengertian, Tujuan dan Kedudukan Ma’rifah
             Dari segi bahasa Ma’rifah berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang artinya pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya.
B.      Alat untuk Ma’rifah
             Alat yang dapat digunakan untuk Ma’rifah telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb    ( hati ), qalb bisa mengetahui hakikat dari segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia Tuhan.
C.      Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifah
             Dalam literatur tasawuf dijumpai dua orang tokoh yang mengenalkan paham ma’rifah ini, yaitu :
*      Al-Ghazali
*      Zun Al-Nun Al-Misri

D.     Ma’rifah dalam Pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadist
             Dalam Ma’rifah kepada Allah SWT yang didapat seorang sufi adalah cahaya. Dengan demikian, ajaran Ma’rifah sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam dan tidak bertentangan dalam Al-Qur’an dan Hadist.



Penutup


          Akhlak merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan bagi yang mengerjakannya. Ia akan disukai Allah dan disukai umatmanusi dan makhluk lainnya. Didlamnya ternyata memberikan bimbingan yang optimal yang secara batiniah dapat mengintegrasikan jiwa manusia.
         Dalam Kehidupan modern yang ditandai oleh berbagai tantangan dan cobaan yang bersifat mendasar, tampaknya perlu diatasi dengan cara yang mendasarkan pula, yaitu dengan kembali kepada ajaran Al-Quran dan Al-Hadist, khususnya berkaitan dengan Akhlak Tasawuf.

















Daftar Pustaka


Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A. , Akhlak Tasawuf , PT Raja Grafindo Persada : Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar