Nama : Shifa Maharani
Kelas : KPI
1 C
NIM : 1112051000082
Kata Pengantar
Assalamu ’alaikum wr . wb .
Puji dan
syukur dengan hati dan pikiran yang tulus dipanjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena berkat nikmat dan hidayah-Nya resume buku ini dapat hadir kehadapan
pembaca yang budiman. Shalawat dan salam dihaturkan Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk
tegaknya syi’ar Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.
Disadari
bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan, baik dari segi isinya,
bahasa, analisis dan lain sebagainya.
Untuk ini saran, kritik dan perbaikan dari pembaca dengan senang hati akan
penulis terima, diiringi ucapan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr . wb .
Jakarta, 13 Oktober 2012
Penulis
A.
Latar
Belakang
Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu
perjalanan hidup umat agar selamat dunia
dan akhirat. Khasanah pemikiran dan pandangan dibidang Akhlak dan Tasawuf itu
kemudian menemukan momentum pengembangan-Nya dalam sejarah, yang antara lain
ditandai oleh munculnya sejumlah besar ulama tasawuf dan ulama dibidang akhlak.
B.
Tujuan
Mengintegrasikan para manusia yang mempunyai sifat
materialistis dan hedonisme agar kembali ke penjabaran yang benar dalam Akhlak
Tasawuf.
C.
Manfaat
Agar dapat mengawal
dan memandu perjalanan hidup seluruh umat manusia supaya selamat dunia dan akhirat.
D.
Pentingnya
dan Kelebihan
Didalam resume buku Akhlak Tasawuf ini terdapat banyak sekali
tentang pentingnya dan kelebihan dalam Bertasawuf didunia ini. Salah satunya
adalah mengayomi seluruh umat manusia agar selamat dunia dan akhirat agar tidak
terjerumus ke perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Pendahuluan
Akhlak Tasawuf merupakan salah satu khasanah intelektual
Muslim yang kehadirannya hingga saat ini
semakin dirasakan. Secara historis dan teologis Akhlak Tasawuf tampil mengawal dan memandu
perjalanan hidup umat agar selamat dunia
dan akhirat. Khasanah pemikiran dan pandangan dibidang Akhlak dan Tasawuf itu
kemudian menemukan momentum pengembangan-Nya dalam sejarah, yang antara lain
ditandai oleh munculnyabsejumlah besar ulama tasawuf dan ulama dibidang akhlak.
Mereka tampil mulanya untuk memberi
koreksi pada perjalanan umat saat itu yang sudah mulai miring ke arah yang
salah.
Persaingan
hidup yang sangat kompetitif dapat memebawa manusia mudah stres dan frustasi,
akibatnya menambah jumlah orang yang sakit jiwa. Pola hidup yang materialisme
dan hedonisme kini kian digemari, dan pada saat mereka tidak lagi mampu
menghadapi persoalan hidupnya, mereka cenderung mengambil jalan pintas seperti
bunuh diri. Semua masalah ini akarnya adalah karena jiwa manusia telah terpecah
belah ( split personality ). Mereka perlu diintegrasikan kembali melalui ajaran
dari Yang Maha Kuasa yang penjabarannya dalam Akhlak Tasawuf ini.
Disadari
bahwa masih banyak bidang Akhlak Tasawuf yang dapat dikemukakan, namun
keterbatasan yang ada menyebabkan kajian ini belum mencakup seluruhnya. Insya
Allah pada lain kali, kita dapat mencoba menjamah aspek Akhlak Tasawuf yang
lebih dalam lagi. Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita. Amin.
Pengertian, Ruang Lingkup dan
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
A.
Pengertian Ilmu Akhlak
Ada dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan
linguistik ( kebahasaan ) dan pendekatan terminologik ( peristilahan ). Akhlak
berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan,
sesuai dengan timbangan ( wazan ) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang
berarti al-sajiyah ( perangai ), ath-thabi’ah ( kelakuan, tabi’at, watak dasar
), al-‘adat ( kebiasaan, kelaziman ), al-maru’ah ( peradaban yang baik ) dan al-din ( agama ).
Definisi-definisi
akhlak secara substansial tampak saling melengkapi dan darinya kita dapat
melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadiannya.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya,
tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main
atau karena bersandiwara.
Perbuatan
akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara ikhlas semata-mata karena Allah.
B.
Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak
Ruang lingkup
pembahasan Ilmu Akhlak adalah membahas tentang perbuatan-perbuatan manusia ,
kemudian menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatan baik
maupun perbuatan yang buruk.
Pokok-pokok
masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia.
Dengan demikian, perbuatan yang bersifat alami dan perbuatan yang dilakukan
tidak karena sengajaatau khilaf tidak termasuk perbuatan akhlaki karena
dilakukan tidak atas dasar pilihan.
C.
Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Tujuan
memeplajari Ilmu Akhlak dan permasalahan-Nya menyebabkan kita dapat menetapkan
sebagian perbuatan lainnya sebagai yang baik dan sabagian perbuatan lainnya
sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk baik sedangkan berbuat zalim
termasuk perbuatan buruk.
Dengan
demikian, secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu Akhlak bertujuan untuk
memeberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan
yang baik ia berusaha melakukannya dan terhadap perbuatan yang buruk ia berusaha untuk menghindarinya.
Hubungan Ilmu Akhlak
dengan Ilmu Lainnya
A. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf
Ketika
memepelajari tasawuf ternyata bahwa Al-Qur’an dan Al-Hadist emementingkan
akhlak. Al-Qur’an dan Al-Hadist menekankan nilai-nilai kejujuran,
kesetiakawanan, persaudaraan, rasa kesosialan, keadilan, tolong-menolong dan
segala akhlak terpuji lainnya. Nilai-nilai serupa ini yang haus dimiliki oleh
seorang muslim dan dimasukan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil.
B.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tauhid
Ilmu Tauhid
sebagaimana dikemukakan Harun Nasution mengandung arti sebagai ilmu yang
memebahas tentang cara-cara meng-Esakan Tuhan, sebagai salah satu sifat yang
terpenting di antara sifat-sifat Tuhan lainnya.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu
Tauhid ini sekurang-kurangnya dapat
dilihat melalui dua analisis berikut :
Pertama,
dilihat dari segi obyek pembahasannya Ilmu Tauhid memebahas masalah Tuhan baik
dari segi zat, sifat dan perbuatan-Nya.
Kedua,
dilihat dari segi fungsinya orang yang bertauhid itu meniru dan mencontoh
terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman.
Hubungan
Ilmu Akhlak dan Ilmu Tauhid juga dapat dilihat dari erat kaitan antara iman dan
amal shaleh.
C.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa
Melalui
Ilmu Jiwa dapat diketahui sifat-sifat psikologis yang dimiliki seseorang.
Dengan demikian, Ilmu Jiwa juga dapat memberikan masukan dalam langkah
merumuskan tentang metode dan pendekatan dalam pembinaan akhlak.
D.
Hubungan Ilmu Jiwa dengan Ilmu
Pendidikan
Pendidikan
merupakan sarana yang mengantarkan anak didik agar menjadi orang yang
berakhlak. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan dukungan orang tua
dirumah, guru disekolah dan pimpinan serta tokoh masyarakat dilingkungan. Ke
semua lingkungan ini merupakan bagian intekral dari pelaksanaan pendidikan,
yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak.
E.
Hubungan Ilmu Akhlak dengan Filsafat
Filsafat
sebagaimana diketahui adalah suatu upaya berpikir mendalam, radikal, sampai ke
akar-akarnya, universal dan sistematik dalam rangka menemukan inti atau hakikat
mengenai segala sesuatu. Ilmu Akhlak adalah ilmu yang sangat akrab atau
berdekatan dengan berbagai permasalahan lainnya yang ada disekitar kehidupan
manusia.
Induk Akhlak Islami
Secara
teoritis, macam-macam akhlak tersebut berinduk kepada tiga perbuatan yang
utama, yaitu hikmah ( bijaksana ), syaja’ah ( perwira atau kesatria ), dan
iffah ( menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat ). Ketiga macam induk
akhlak ini muncul dari sikap adil. Dalam menggambarkan keadaan yang adil atau
pertengahan Al-Qur’an jauh lebih lengkap, mendetail, dan komperensif
dibandingkan yang diberikan para filosof lainnya.
Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Ilmu Akhlak
A.
Ilmu Akhlak diluar Agama Islam
1.
Akhlak pada Bangsa Yunani
Pertumbuhan
dan perkembangan Ilmu Akhlak pada Bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya
apa yang disebut sophisticians, yaitu
orang-orang yang bijaksana (500 – 450 SM). Sedangkan sebelum itu dikalangan
Bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karen apada masa itu
perhatian mereka tercurah pada pendidikannya mengenai alam. Keseluruhan ajaran
akhlak yang dikemukakan para pemikir yunani tersebut tampak bersifat
rasionalistik. Penentuan baik dan buruk didasarkan pada pendapat akal pikiran
yang sehat dari manusia.
2.
Akhlak pada Agama Nasrani
Pada akhir
abad ketiga masehi tersiarlah Agama Nasrani di Eropa. Agama Nasrani menghendaki
agar manusia berusaha sungguh-sungguh mensucikan roh yang terdapat pada dirinya
dari perbuatan dosa, baik dalam bentuk pemikiran maupun perbuatan. Dengan
demikian, agama ini menjadikan roh sebagai kekuasaan yang dominan terhadap diri
manusia, yaitu suatu kekuasaan yang dapat mengalahkan hawa nafsu syahwat.
Akibat dari paham akhlak yang demikian itu kebanyakan para pengikut pertama
dari agama ini suka menyiksa dirinya, menjauhi dunia yang fana, beribadah,
zuhud dan hiddup menyendiri.
3.
Akhlak pada Bangsa Romawi ( Abad
Pertengahan )
Kehidupan
masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu,
gereja berusaha memerangi filsafat yunani serta menentang penyiaran ilmu dan
kebudayaan kuno. Dengan demikian, ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad
pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran
Yunani dan ajaran Nasrani.
4.
Akhlak pada Bangsa Arab
Pada masa
itu, Bangsa Arab hanya memepunyai ahli-ahli hikmah dan ahli syair. Didalam
kata-kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yang memeritahkan
agar berbuat baik dan menjauhi keburukan, mendorong pada perbuatan yang utama
dan menjauhi dari perbuatan yang tercela atau hina.
B.
Akhlak pada Agama Islam
Ajaran
Akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada Agama Islam dengan titik
pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Al-Qur’an adalah sumber utama dan mata
air yang memancarkan Agama Islam. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian
pengetahuan tentang akidah,pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai
sumber yang aslinya didalam Al-Qur’an.
C.
Akhlak pada Zaman Baru
Pada akhir
abad ke-15 Masehi, Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat,
ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Para ahli Bangsa Eropa termasuk Itali mulai
meningkatkan kegiatan dalam bidan filsafat Yunani, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi tersebut. Pandangan akhlak yang terdapat dalam pemikiran barat
tersebut tampak memerlihatkan coraknya yang amat sekuler, yakni memisahkan
pandangan akhlak tersebut dari Agama atau dari Tuhan. Pandangan akhlak yang
dikemukakan para sarjana barat itu sepenuhnya didasarkan pada pemikiran manusia
semata-mata.
Etika, Moral dan Susila
A.
Etika
Dari segi
etimologi, etika berasal dari Bahasa Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat dalam kamus umum
Bahasa Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (
moral ). Dari pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan
upaya menentukan tingkah laku manusia.
B.
Moral
Moral dari
segi bahasa berasal dari bahasa latin, mores
yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Kamus umum Bahasa
Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan
dan kelakuan. Moral dalamarti istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, ssalah, baik atau buruk.
C.
Susila
Susila atau
kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an.
Kata tersebut berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti
baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
D.
Hubungan Etika, Moral dan Susila
dengan Akhlak
Dilihat
dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan aklak
sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan
manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama-sama
menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan
tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriah-Nya.
Baik dan Buruk
Baik dan
Buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu
perbuatan yang dilakukan seseorang.
A.
Pengertian Baik dan Buruk
Dari segi
bahasa baik adalah terjemahan dari kata Khair
dalam bahasa arab, atau Good dalam
bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam
kitabnya Munjid, mengatakan bahwa
yang disebut baik adalah suatu yang telah menyampai kesempurnaan. Dalam bahasa
arab, yang buruk itu dikenal dengan istilah Syarr,
dan diartikan sebagai suatu yang tidak baik. Dengan demikian, yang
dikatakan buruk itu adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik, dan
tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Berbagai macam Baik dan Buruk :
Baik dan Buruk menurut Aliran
adat-istiadat ( Sosialisme )
Baik dan Buruk menurut Aliran
Hedonisme
Baik dan Buruk menurut Paham
Intuisisme ( Humanisme )
Baik dan Buruk menurut Paham
Utilitarianisme
Baik dan Buruk menurut Paham
Vitalisme
Baik dan Buruk menurut Paham
Religiosisme dan Evolusi
B.
Sifat dari Baik dan Buruk
Sifat Baik
atau Buruk yang dihasilkan berdasarkan pemikiran filsafat tersebut menjadi relatif
dan nisbi pula, yakni Baik dan Buruk yang dapat terus berubah. Sifat Baik dan
Buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, lokal
dan tempera. Dan oleh karena-Nya nilai Baik dan Buruk itu sifatnya relatif.
C.
Baik dan Buruk menurut Ajaran Islam
Menurut
Ajaran Islam penentuan Baik dan Buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an
dan Al-Hadist. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun Hadist dapat dijumpai
berbagai istilah yang mengacu pada Baik, dan ada pula istilah yang mengacu
kepada yang Buruk.
Kebebasan, Tanggung
Jawab dan Hati Nurani
A.
Pengertian Kebebasan
Kebebasan
itu meliputi segala macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disadari
sengaja dan dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut tindakan.
Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu dapat dibagi menjadi tiga :
Kebebasan
Jamaniah
Kebebasan
Kehendak ( Rohaniah )
Kebebasan
Moral
Kebebasan
pada tahap selanjutnya mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak.
B.
Tanggung Jawab
Dalam kerangka
Tanggung Jawab ini, kebebsan mengandung arti :
Kemampuan
untuk menentukan dirinya sendiri
Kemampuan
untuk bertanggung jawab
Kedewasaan
manusia
Keseluruhan
kondisi yang memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya
C.
Hati Nurani
Hati Nurani
atau Intuisi merupakan tempat dimana manusia dapat memperoleh saluran ilham
dari Tuhan. Hati Nurani ini diyakini selalu cenderung kepada kebaikan dan tidak
suka kepada keburukan.
D.
Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab
dan Hati Nurani dengan Akhlak
Perbuatan
yang berakhlak itu adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara bebas.
Disinilah letak hubungan antara Kebebasan dan Perbuatan Akhlak. Perbuatan
Akhlak juga harus dilakukan atas kemauan sendiri dan bukan paksaan. Perbuatan
yang seperti inilah yang dapat dimintakan pertanggungjawabannya dari orang yang
melakukannya disinilah letak hubungan antara Tanggung Jawab dengan Akhlak.
Perbuatan Akhlak juga harus muncul dari keikhlasan hati yang melakukannya, dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada hati sanubari, maka hubungan akhlak dengan
kata hati menjadi demikian penting.
Hak, Kewajiban dan
Keadilan
A.
Hak
1.
Pengertian Hak
Hak dapat
diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat mengerjakan,
memiliki, meninggalakan, memepergunakan atau menuntut sesuatu.
2.
Macam-macam dan Sumber Hak
Dilihat
dari segi obyek dan hubungannya dengan akhlak, hak itu secara garis besar dapat
dibagi menjadi tujuh bagian :
Hak
hidup
Hak
mendapatkan perlakuan hukum
Hak
mengembangkan keturunan
Hak
milik
Hak
mendapatkan nama baik
Hak
kebebasan berpikir
Hak
mendapatkan kebenaran
B.
Kewajiban
Kewajiban
ditempatkan sebagai salah satu hukum sya’ra, yaitu suatu perbuatan yang apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan mendapatkan siksa.
Dengan kata lain bahwa kewajiban dalam agama berkaitan dengan pelaksanaan hak
yang diwajibkan oleh Allah SWT.
C.
Keadilan
Keadilan
sejajar dengan berbuat kebajikan, memeberi makan kepada kaum kerabat, melarang
dari perbuatan yang keji dan munkar serta menjauhi permusuhan. Ini menunjukan bahwa
masalah keadilan termasuk masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
sebagai suatu kewajiban moral.
D.
Hubungan Hak, Kewajiban dan Keadilan
dengan Akhlak
Akhlak yang
mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari kepribadian seseorang yang dengannya
timbul kewajiban untuk melaksanakannya tanpa merasa berat. Sedangkan keadilan
sebagaimana telah diuraikan dalam teori pertengahan ternyata merupakan induk
akhlak. Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan keadilan maka dengan sendirinya
akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaki. Di sinilah letak hubungan
fungsional antara hak, kewajiban dan keadilan dengan akhlak.
Akhlak Islami
A.
Pengertian Akhlak Islami
Akhlak
Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging
dan sebenarnya yang didasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi universal,
maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun dalam rangka menjabarkan
akhlak Islam yang universal ini diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan
kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral.
B.
Ruang Lingkup Akhlak Islami
Ruang
lingkup Akhlak Islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu
sendiri. Berbagai bentuk dan ruang lingkup Akhlak Islami sebagai berikut:
Akhlak
terhadap Allah SWT
Akhlak
terhadap Sesama Manusia
Akhlak
terhadap Lingkungan
Pembentukan Akhlak
A.
Arti Pembentukan Akhlak
Pembentukan
Akhlak dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan berdasarkan asumsi bahwa
akhlak adalah hasil usaha pembicaraan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi
rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk didalamnya akal, nafsu amarah,
nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal
dengan cara dan pendekatan yang tepat.
B.
Metode Pembinaan Akhlak
Pembinaan
Akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam. Pembinaan akhlak secara
efektif dilakukan dengan memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan
dibina. Menurut hasil penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia
berbeda-beda menurut perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya
lebih menyukai kepada hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain.
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Akhlak
Faktor yang
mempengaruhi pembinaan akhlak di anak ada dua, yaitu faktor dari dalam yaitu
potensi fisik, intelektual dan hati ( rohaniah ) yang dibawa si anak dari sejak
lahir dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah kedua orang tua dirumah.
D.
Manfaat Akhlak yang Mulia
Berikut
adalah berbagai manfaat dari Akhlak yang Mulia :
Memperkuat
dan Menyempurnakan Agama
Memperrmudah
Perhitungan Amal di Akhirat
Menghilangkan
Kesulitan
Selamat
Hidup di Dunia dan Akhirat
Arti, Asal-Usul dan
Manfaat Tasawuf dalam
Islam
A.
Pengertian Tasawuf
Tasawuf
adalah upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan
dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan
dekat dengan Allah SWT.
B.
Sumber Tasawuf
1.
Unsur
Islam
2.
Unsur
Luar Islam :
Unsur
Masehi
Unsur
Yunani
Unsur
Hindu / Budha
Unsur
Persia
Maqamat dan Hal
A.
Maqamat
Maqamat
berasal dari bahasa Arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia.
Berikut ini adalah Maqamat yang telah disepakati :
Al-Taubah
Al-Zuhud
Al-Wara
Al-Faqr
Al-Shabr
Al-Tawakal
Al-Ridla
B.
Hal
Menurut
Harun Nasution, Hal merupakan keadaan mental seperti perasaan senang, sedih,
takut dan sebagainya. Hal yang biasa disebut sebagai Hal adalah takut (
Al-Khauf ), rendah hati ( Al-Tawadlu ), patuh ( Al-Taqwa ), ikhlas ( Al-Ikhlas
), rasa berteman ( Al-Uns ), gembira hati ( Al-Wajd ), berterima kasih ( Al-Syukr
).
Mahabbah
A.
Pengertian, Tujuan dan Kedudukan
Mahabbah
Kata
Mahabbah berasal dari kata ahabba,
yuhibbu, mahabatan, yang secara harfiah berarti mencintai secara mendalam
atau kecintaan atau cinta yang mendalam. Dari segi Tasawuf Mahabbah berarti hal
( keadaan ) jiwa yang mulia yang bentuknya adalah disaksikannya ( kemutlakan )
Allah SWT oleh hamba selanjutnya yang dicintainya itu juga menyatakan cinta
kepada yang dikasihi-Nya dan yang seorang hamba mencintai Allah SWT.
B.
Alat untuk Mencapai Mahabbah
Alat untuk
mencintai Tuhan adalah roh, yaitu roh yang sudah dibersihkan dari dosa dan
maksiat serta dikosongkan dari kecintaan kepada segala sesuatu melainkan hanya
di isi oleh cinta kepada Tuhan.
C.
Tokoh yang Mengembangkan Mahabbah
Hampir
seluruh literatur bidang tasawuf menyebutkan bahwa tokoh yang memperkenalkan
ajaran Mahabbah ini adalah Rabi’ah
Al-Adawiyah. Rabi’ah Al-Adawiyah
adalah seorang zahid perempuan yang amat besar dari Bashrah, di irak. Menurut
riwayatnya, ia adalah seorang hamba yang kemudian dibebaskan.
D.
Mahabbah dalam Al-Qur’an dan
Al-Hadist
Dalam
Al-Qur’an Al-Hadist menjelaskan bahwa antara manusia dan Tuhan dapat saling
mencintai dengan perantara roh. Roh Tuhan dan roh yang ada pada manusia sebagai
anugerah Tuhan bersatu dan terjadilah Mahabbah.
Ma’rifah
A.
Pengertian, Tujuan dan Kedudukan
Ma’rifah
Dari segi bahasa Ma’rifah berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifah yang
artinya pengetahuan atau pengalaman. Ma’rifah adalah pengetahuan yang obyeknya
bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya
dengan mengetahui rahasianya.
B.
Alat untuk Ma’rifah
Alat yang dapat digunakan untuk
Ma’rifah telah ada dalam diri manusia, yaitu qalb ( hati ), qalb bisa mengetahui hakikat dari
segala yang ada dan jika dilimpahi cahaya Tuhan bisa mengetahui rahasia-rahasia
Tuhan.
C.
Tokoh yang Mengembangkan Ma’rifah
Dalam literatur tasawuf dijumpai
dua orang tokoh yang mengenalkan paham ma’rifah ini, yaitu :
Al-Ghazali
Zun
Al-Nun Al-Misri
D.
Ma’rifah dalam Pandangan Al-Qur’an
dan Al-Hadist
Dalam Ma’rifah kepada Allah SWT
yang didapat seorang sufi adalah cahaya. Dengan demikian, ajaran Ma’rifah
sangat dimungkinkan terjadi dalam Islam dan tidak bertentangan dalam Al-Qur’an
dan Hadist.
Penutup
Akhlak merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan
bagi yang mengerjakannya. Ia akan disukai Allah dan disukai umatmanusi dan
makhluk lainnya. Didlamnya ternyata memberikan bimbingan yang optimal yang
secara batiniah dapat mengintegrasikan jiwa manusia.
Dalam Kehidupan modern yang ditandai oleh
berbagai tantangan dan cobaan yang bersifat mendasar, tampaknya perlu diatasi
dengan cara yang mendasarkan pula, yaitu dengan kembali kepada ajaran Al-Quran dan
Al-Hadist, khususnya berkaitan dengan Akhlak Tasawuf.
Daftar Pustaka
Prof.Dr.H.Abuddin Nata, M.A. , Akhlak Tasawuf , PT Raja Grafindo Persada
: Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar